Kematian ibu melahirkan masih tinggi

AMBARAWA - Kasus kematian ibu saat melahirkan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 2009 tergolong cukup tinggi, yakni mencapai 14 kasus. Kematian ibu melahirkan disebabkan pendarahan, eklamsi dan sepsis (masuknya bakteri dalam peredaran darah).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang Sulthoni, ibu yang mengandung harus melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Sehingga munculnya penyakit pada ibu hamil bisa terdeteksi sejak dini.

''Minimal empat kali memeriksakan kandungan selama masa kehamilan dan mengonsumsi obat penambah darah. Sehingga munculnya penyakit pada ibu hamil terdeteksi,'' jelas Sulthoni disela acara memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) di RSUD Ambarawa, Selasa (3/11).

Sulthoni mengatakan, dinkes telah menyiapkan tenaga medis di puskesmas dengan memberikan pelatihan untuk menangani ibu hamil. Sehingga mereka bisa mendeteksi secara dini ibu hamil dengan risiko tinggi dan mampu mengambil keputusan cepat dalam melakukan penanganannya.

Menurut dia, untuk membantu proses persalinan diperlukan suami siaga. Sehingga suami selalu siaga saat istrinya akan melahirkan. Setidaknya, menyiapkan sa-rana transportasi agar tidak terlambat membawa istrinya ke bidan, puskesmas maupun rumah sakit.

Pihaknya menggalakkan kegiatan donor darah untuk mencukupi kebutuhan darah bagi ibu hamil yang mengalami pendarahan saat melahirkan. ''Selama ini kita rutin menggelar kegiatan donor darah di instansi pemerintah/- swasta dan pabrik. Saat ini stok darah di unit transfusi darah PMI kabupaten Semarang masih mencukupi,'' ujar Sulthoni.

Wakil Bupati Semarang Siti Ambar Fathonah dalam sambutannya berharap petugas medis di rumah sakit, puskesmas dan pusat kesehatan desa untuk komitmen meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. ''Mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat harus terus ditingkatkan,'' pintanya. rbd/SR

http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=34835&Itemid=58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalo komentar jangan emosi