Cerita Bagus ni Gan

Ada seorang anak kecil, sebut saja namanya Adi. Dia memiliki seorang nenek yang lumpuh dan tinggal bersamanya.

Setiap hari Adilah yang merawat neneknya. Kadang dia merasa tidak adil dengan keluarganya yang lain yang tidak memiliki kewajiban untuk merawat neneknya. Satu waktu, Adi mengeluh pada ibunya:
"Ma, kenapa hanya aku yang merawat nenek? Tidak bisakah aku, mama, papa, kakak dan adik turut mengurus nenek?"
Ibunya menjawab, "Nak, ikhlas ya sayang, merawat nenek pahalanya besar nak."

Untuk sementara Adi menurut mendengar kata mamanya. Tapi untuk kesekian kali rasa iri kembali menyergapnya. Adi kembali bertanya pada mamanya,
"Ma, kenapa tidak mama, papa, kakak dan adik tidak bergantian denganku untuk merawat nenek? Aku cape, aku lelah. Sekali saja ma."

Mamanya kemudian tertunduk dan berkata sambil menangis.
"Kamu benar-benar ingin tahu sayang?"
"Iya ma." Jawabnya.
"Nak, kamu sudah besar sekarang. Sudah saatnya kamu tahu hal ini.
Kaejadian ini terjadi saat kamu masih bayi. Waktu itu rumah kita terbakar. Kami semua secepat mungkin keluar dari rumah dan membawa barang-barang yang bisa kami selamatkan. Mama hanya bisa membawamu.
Tapi saat mama sadar, mama ternyata tidak menggendongmu nak, mama membawa bantal guling. Kamu masih tertinggal dirumah dengan kobaran api yang makin membesar. Sangat tidak mungkin menerobos ke dalam rumah untuk menyelamatkanmu.
Tiba-tiba seseorang menerobos masuk kedalam kobaran api. Dialalah nenekmu. Dia berhasil menyelamatkanmu tapi dengan bayaran badannya lumpuh seumur hidup."

Sejak itu, Adi lebih senang merawat neneknya. Bahkan menurutnya, tak ada hal yang lebih menyenangkan selain merawat neneknya.

Disebuah kereta luar kota, seorang bapak naik kereta tersebut dengan 3 orang anak kecil. Mereka tampak riang bercanda kesana kemari dan tertawa.

Salah seorang ibu yang merasa terganggu, menegur sang bapak.
"Pak, apa ketiga anak ini anak bapak? Bisakah bapak menenangkan mereka?"
Kemudian bapak itu menjawab,
"Saya tidak tega bu, saya kasihan dengan mereka."
Ibu itu heran, sebelum ibu itu bertanya kembali, bapak itupun melanjutkan.
"Saya belum pernah melihat mereka seceria itu sebelumnya.
Sebulan yang lalu kedua orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Setelah kejadian itu, ketiganya selalu murung. Berbagai cara saya lakukan agar mereka kembali ceria. Tapi tanpa sebab, ketiganya bisa tertawa kembali, ceria seperti sebelumnya. Oleh karena itu, saya benar-benar tak tega menenangkan mereka."

Saat itu, semua penumpang yg mendengar bapak itu termenung sebelum akhirnya tersenyum melihat ketiganya yg sedang tertawa lepas. Di wajah penumpang lainnya tidak lagi tergores wajah yang cemberut, ataupun merasa risih dengan tawa riang tiga bocah itu. Malah sebagian dari mereka ikut menghibur bocah-bocah yatim piatu itu. Jika kita tahu alasan bocah-bocah itu sangat riang, kitapun akan turut tersenyum.

Seorang suami mendatangi seseorang yang terkenal bijak. Pria ini hendak mengadukan masalahnya dan mencari solusi pada orang bijak ini.

"Pak, saya ingin meminta saran pada anda, saya sudah 20 tahun menikah. Tapi akhir-akhir ini saya merasa tidak mencintai istri saya lagi. Saya bingung apa yang harus saya lakukan?"
"Cintai istrimu!" Ujar si orang bijak itu.
"Tapi saya sudah tidak lagi mencintainya"
"Cintai istrimu"
Begitu seterusnya sampai 3 kali pria ini menanyakan hal yang sama.

"Cinta itu merupakan kata kerja, bukan kata benda ataupun kata sifat. Cinta merupakan kata kerja yang harus dikerjakan. Bukan sifat yang bisa terbentuk dengan sendirinya. Mulailah kembali mencintai istrimu. Darimana dan bagaimana kau mencintainya, apa yang membuatmu mencintainya. Kau percaya bukan suatu pekerjaan yang kau lakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati membuahkan hasil yang maksimal serta sesuai dengan apa yang kau inginkan.
Begiupun dengan cinta, jika kau mengerjakannya dengan maksimal dan ikhlas, kau akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Bahkan lebih dari yang kamu harapkan."

jika kita tahu alasan kita melakukan suatu hal, kita akan lebih senang dan ikhlas untuk melakukannya.


 

Kaskus.us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalo komentar jangan emosi